Rabu, 28 Maret 2012

Si Kimia Lovers

Bismillaah..

Sebut saja namanya Ummu Thalhah, karena dulu dia inginkan memakai nama kun'yah tersebut. Kawanku nan mungil ini tinggal nun jauh di pulau seberang, Gorontalo tepatnya. Saat ini, mungkin ia tengah memberikan pengajaran di kelas IPA. Karena di sanalah ia berkecimpung, di bidang IPA, mengambil jurusan Kimia.

Dan entah mengapa, terselip satu keinginan untuk membuat postingan tentangnya. Hari ini, di antara hiruk pikuk yang cukup mengganggu kenyamanan kedua telingaku. Kedua jemari ini mulai menggerayangi tuts-tuts keyboard yang ada di depan mataku.

---

Ummu Thalhah, aku mengenalnya di sudut ruang maya, hanya sesekali melihatnya melintas, kemudian tak ambil pusing. Namun suatu waktu ia bertandang ke rumahku, melalui jalur pribadi (inbox).

Saling berucap salam, bertukar kabar, berbagi identitas diri, hingga berujung pada cerita -berupa kekonyolan- yang mengalir tak berkesudahan.

Sesekali kami menjaga jarak, karena tak elok bagiku untuk langsung berakrab ria dengannya, padahal pertemanan kami barulah seumur jagung.

Sampai suatu hari, kami saling bertukar nomor handphone. Di sanalah benang persahabatan kami mulai terjalin, perlahan tapi pasti, hingga kami tak lagi merasa riskan dengan soal pribadi yang kadang tertumpahkan satu sama lain.

Aku yang comel lagi cerewet, terus meminta nasehat darinya. Dia yang bijak lagi penyabar, terus menyuplai energi positif kepadaku. Terkadang ia pun mengetuk pintu kerelaanku, untuk sejenak berbagi pundak dan memasang telinga lebar-lebar. Tapi yang kusayangkan adalah diri ini tak mampu memecah masalah dengan solusi bijak. Aku hanya dapat menyimak, kemudian mengatakan: Ishbiriy yaa ukhtiy..!

Karena kuakui, tiadalah dalam diri ini suatu kebijaksanaan yang menandakan kedewasaanku. Meski tak jarang ia memujiku bahwa aku ini seorang yang bijak.

---

Hal yang membuatku selalu berdecak kagum olehnya adalah; saat diriku tengah dirudung oleh fitnah (baik syubhat maupun syahwat), ia lantas menetralkannya dengan untaian nasehat dan teguran yang hadir melalui pesan masuk di handphoneku. Terlebih di saat aku mengalami sebuah kegagalan dalam proses pencarian sang penyempurna tulang rusukku kala itu.

Bahkan nasehatnya tak jarang membuatku dapat menghapus air mata dari kebodohan dan kerapuhan yang membelenggu diri ini.

---

Dia mengetahui sedikit dari aibku, Alhamdulillaah dia tetap bersimpati padaku. Tak langsung mencerca dengan celaan, justru mengkritisi seraya mengimbanginya dengan saran serta masukan yang berharga.

Apakah aku terlalu berlebihan dalam memujinya?

Insya Allah tidak, aku pun tahu tiada manusia yang sempurna di muka bumi ini, begitu pun dengannya.. (terkecuali Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam yang telah dijamin ma'shum)

Karena (entah hanya perasaanku saja) akhir-akhir ini ia tak lagi menyambangiku melalui pesan masuk di handphoneku, baik dengan sapaan hangatnya, godaannya yang jenaka, juga untaian nasehat indahnya. Bahkan saat aku mengirimkan beberapa pesan, tiada satu pun balasan yang hinggap di layar Handphoneku atas namanya. Terlebih setelah ia menonaktifkan akun FBnya beberapa bulan yang lalu, sarana satu-satunya untukku menanti kabar darinya hanya melalui sms.

Apakah selembar benang itu mulai kusut karena terenda oleh jarak yang membingungkan?! (seperti isi smsnya dulu)

---

Aku tersentuh ketika membaca nasihat Muawiyyah ibnu Sufyan..

"Meski yang menghubungkanku dengan seseorang hanya selembar benang, akan kujaga..!!

Jika dia ulurkan, akan kukencangkan..!

Jika dia kencangkan, akan kukendurkan, sehingga benang itu tidak pernah terputus.."

Dikirim olehnya (Ummu Thalhah) >> 18-10-2011 >> 18:59

---

Apakah engkau masih mengingatnya, duhai kawanku?

Semoga Allah senantiasa menjagamu dimana pun engkau berada. Uhibbuki Fillaah.. :)

*Aku tak ingin berburuk sangka terhadapmu, tak berani, sungguh..

Ibnu Mazin berkata:

"Seorang mukmin mencari udzur bagi saudara-saudaranya, sedangkan orang munafik mencari-cari kesalahan saudranya."



Si Kimia Lovers.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar